
gue sedih, karena sebagai sebuah bangsa yang besar secara ukuran dan komposisi, Indonesia nggak juga bisa melangkah lebih jauh dari kondisi yang kita hadapi saat ini.
Kalau teman2 mau berpikir sejenak, gue akan bertanya, apa sih yang membuat Indonesia menjadi sebuah bangsa?
Ernest Renan, seorang ahli sejarah dari Perancis pernah bilang begini
A nation is a soul, a spiritual principle. Two things, which in truth are but one, constitute this soul or spiritual principle. One lies in the past, one in the present. One is the possession in common of a rich legacy of memories; the other is present- day consent, the desire to live together, the will to perpetuate the value of the heritage that one has received in an undivided form. Man, Gentlemen, does not improvise. The nation, like the individual, is the culmination of a long past of endeavours, sacrifice, and devotion. Of all cults, that of the ancestors is the most legitimate, for the ancestors have made us what we are. (nationalismproject.org)
Nah, kalau melihat definisi yang diberikan oleh Renan, apa teman2 setuju kalau gue bilang Indonesia ini bangsa yang luar biasa hebat? Renan mensyaratkan sebuah bangsa itu sebenarnya terdiri dari jiwa dan prinsip spiritual. Jiwa adalah kesamaan sejarah dan nilai, sementara prinsip spiritual adalah keinginan untuk hidup bersama, untuk mempertahankan nilai bersama yang dimiliki sebelumnya. Kalau demikian, apakah Indonesia dapat dikatakan sebagai bangsa?
Gue bisa bilang, BISA!
akan tetapi, patut diingat bahwa dengan diversifikasi suku dan budaya diantara suku bangsa di Indonesia, syarat pertama (jiwa) menjadi sulit untuk dibangun dalam Indonesia. Ketika pendahulu kita bersama mendeklarasikan kemerdekaan sebagai sebuah bangsa dan negara Indonesia, jiwa tersebut "hanya" dibangun atas dasar kesamaan sebagai suku bangsa yang terjajah. selanjutnya, dari kesamaan tersebut, muncullah cita-cita untuk terbebas dari penjajahan, dan lahirlah kebutuhan untuk menjadikan negara ini mampu melindungi segenap bangsanya, memajukan kesejahteraan umumnya, mencerdaskan kehidupannya, dan ikut serta dalam perdamaian dunia. inilah yang disebut sebagai prinsip spiritual kita.
Well, sekarang setelah kesamaan keinginan untuk terbebas dari penjajahan itu sudah nggak ada (baca: Belanda dan Jepang sudah nggak menjajah lagi, paling nggak secara fisik), apakah berarti kita sudah kehilangan jiwa? apakah ini yang menyebabkan Timor, Aceh, Papua, Bali, Riau, sempat ingin meninggalkan Indonesia?
Sekali lagi gue harus setuju dengan ini.
Akan tetapi, nggak adakah kemungkinan bagi "bangsa" Indonesia untuk bangkit? Untuk yang ini gue nggak setuju.
Apakah teman-teman pernah membayangkan betapa pandainya founding fathers kita. Mereka mampu meletakkan tonggak dasar pembangunan sebuah negara pada masa itu. Mereka tahu bahwa negara ini harus dapat bertahan dari intervensi luar dan dalam, harus bisa sejahtera, harus bisa cerdas, dan harus mampu aktif dalam pergaulan internasional.
Dalam kerangka pemikiran strategis, apa yang ada dalam pembukaan UUD kita itu sangat sempurna sebagai sebuah visi bangsa. Batang tubuh UUD pun pada masa itu masih dapat dijadikan sebuah misi.
Hanya saja, seiring waktu, founding fathers tersisa (baca: Sukarno) seperti lupa dengan visi dan misi tersebut, sehingga mereka lebih mementingkan salah satu visi dibandingkan visi yang lain dan bahkan menyingkirkan visi tersebut untuk kepentingan kekuasaannya.
Parahnya lagi, penerusnya (baca: Soeharto-Habibie-Gus Dur-Mega-SBY) juga melakukan kesalahan yang sama.
Harta besar yang kita miliki itu (visi yang tertuang dalam pembukaan UUD), seharusnya dapat kita turunkan ke dalam misi yang lebih memadai. jangan takut mengubah UUD untuk kepentingan penyesuaian. tapi juga jangan sampai mengganti-ganti UUD hanya untuk kepentingan sesaat dan sekelompok orang.
Selanjutnya, misi tersebut dapat diturunkan dalam rencana jangka pendek dan jangka menengah yang lebih konkret untuk dapat diwujudkan. dalam hal ini, tentunya PP, Perpres, Permen, Perda, dan Peraturan Kepala Daerah seharusnya juga dapat menyesuaikan dengan kondisi tersebut.
Berkali-kali gue bilang, kita ini bangsa yang dipersatukan kesamaan cita-cita, bukan kesamaan agama, suku, sejarah, atau cerita masa lalu apapun. kita bangsa yang dipertautkan oleh tali bernama masa depan, bukan tali yang mengikat kita sejak masa lalu. kalau tali tersebut nggak juga dapat terlihat jelas, maka mudah sekali bagi kita untuk hancur.
Teman2ku kaum muda, ayo kita sama2 merenungkan hal ini. Jangan hanya berpikir untuk kepentingan sesaat dan sendiri, karena Jawa tanpa Bali nggak akan dikunjungi wisatawan asing. Bali tanpa Papua nggak akan ditopang usahawan asing, Papua tanpa Kalimantan nggak akan terbangun transportasinya, Sumatera tanpa Jawa nggak akan mampu terbangun jelas ekonominya.
Untuk Indonesia yang lebih baik. Wallahua'lam...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar